“Ish, dingin sekali. Kapan musim dingin ini berakhir? Kurasa
tak salah jika aku sangat membenci musim ini” Citra terus bermonolog meluapkan
segala uneg-uneg-nya tentang ketidak
sukaanya terhadap musim dingin, dimana semua jalanan tertutup benda putih
bersuhu sangat dingin ; salju. Semua tempat di kota tampak seperti Santa’s Village dalam sebuahSnowBall sekarang, Citra semakin
merapatkan mantel cokelatnya manakala salju mulai turun dengan intensitas
ringan, namun yang membuatnya merutuk berkali-kali adalah udara dingin yang
seolah sedang mengerjainya yang kini semakin bergelanyut memeluk tubuhnya,
menyebalkan!
Inilah derita seorang pendatang dinegara asing, Citra
tercatat sebagai salah satu mahasiswi Fakultas Psikologi di salah satu
universitas bergengsi di Singapura, EASB (East
Asia Institute of Management Singapore).
Dua tahun lalu setelah lulus pendidikan menengah atas di Bandung ia langsung
mendapat tawaran beasiswa dan terbang kesingapura, selama hampir tiga bulan ia
ditraining disebuah lemabaga dikota Singapura, ia dibekali pendidikan mengenai
kultur dinegeri berlambang singa ini, mulai dari bahasa ; yang untungnya hampir
semua masyarakat disini menggunakan bahasa inggris, bahkan ada beberapa yang
mengerti bahasa indonesia, tata krama, adat kebiasaan bahkan makanan khas
dinegara ini-pun tak luput dari perhatian. Ia senang berada disini, orang-orang
dinegeri ini tak jauh beda dengan orang-orang di Indonesia, semuanya ramah
meskipun ada beberapa yang arogan, ia juga mulai terbiasa dengan
makanan-makanan disini meski kadang ia juga sering menyempatkan diri mencari
restoran khusus menu Indonesia yang berada tepat disamping gedung KBRI jika
sedang ada waktu senggang, namun yang menjadi kendala utama ialah, Citra sangat
susah beradaptasi dengan musim dinegeri ini. Berbeda jauh dengan Indonesia yang
hanya memiliki dua musim dan beriklim tropis, Singapura layaknya negara-negara
beriklim kutub yang memiliki empat pergantian musim, dan musim yang paling ia
benci adalah musim yang sekarang tengah berlangsung, musim dingin.
Meskipun
sudah dua tahun dan itu artinya ia sudah dua kali menjalani musim ini, tapi
tetap saja ia tidak terbiasa, apa lagi saat-saat mendekati ujian seperti ini
dimana ia diharuskan selalu pulang malam demi mempersiapkan ujian yang tinggal
didepan mata, sebagai mahasiswi yang mengandalkan beasiswa ia tentu harus
belajar ekstra, selain dikelas iapun harus kembali berkutat dengan tumpukan
buku-buku tebal diperpustakaan besar disana, melelahkan. Kakinya terus mengayun
mengiringi langkahnya yang kian ia percepat, ia benar-benar ingin segera sampai
dan mengistirahatkan dirinya diapartemen kecilnya dikawasan Novena, tidak perlu
memikirkan biaya sewa, toh apartemen itu dikhususkan pemerintah Indonesia bagi
siswa berprestasi seperti dirinya.
Cklek
Pintu apartemen terbuka, hal yang pertama ia lihat adalah
suasana gelap. Buru-buru ia meraih saklar dan menyalakan lampunya, kemudian
menggantungkan mantelnya disamping pintu utama dan berjalan menuju kamar mandi
untuk mecuci muka sekaligus mengambil wudhu, jam sudah menunjukan pukul 21.15
WSR (Waktu Singapura) dan ia belum sempat shalat isya dikarenakan harus
menghadapi tugas yang menumpuk. Setelah selesai, ia merebahkan tubuhnya diatas singlebad tipis namun terasa sangat
nyaman “ah! Hari yang melelahkan. Aku bersumpah akan mengambil liburan setelah
semua ujian mengerikan itu berakhir, yosh!!”
Citra sedikit melakukan stertching
sebelum akhirnya jatuh terlelap kedunia tanpa mimpi saking lelahnya.
Krriiiinngg krriiiingg
Jam weker diatas meja nakas itu
berteriak nyaring, membangunkan tuanya yang sedang tertidur, jika keadaanya
memang begitu. Sayangnya, sang tuan bangun lebih cepat tanpa bantuanya dan
sekarang tengah mengeluarkan suara-suara panik dengan kaki yang tak henti
berjalan kesana kemari, mari kita lihat apa yang terjadi.
“ya tuhan!, kenapa harus mendadak seperti ini! Aish, dimana
buku text-ku?” tanganya menyingkap selimut yang tercecer dilantai, mencari buku
text mengenai teori Jung mengenai pembagian psikis manusia yang akan menjadi
bahan ujianya lusa, seharusnya begitu, sebelum tiga puluh menit yang lalu prof.
Walt menelepon dan memberitahu bahwa ujian dipercepat menjadi hari ini, dan
jadilah ia ‘berperang’ dengan seluruh perabotan di apartemen, jika masih bisa
disebut apartemen-_-a.
“hallo, nick. You can
go first and tell professor Walt I’ll be late for the exam, I got some trouble
but everything okay now” Citra segera menutup ponselnya tanpa mendengarkan
penjelasan temanya yang bernama Nicky Slore terlebih dahulu, ia terlalu panik
saat ini, jam sudah menunjukan pukul 08.45 dan ujian akan belangsung 15 menit lagi, belum perjalanan menggunakan
kereta KRT Novena yang membutuhkan waktu 7 menit, okay itu tak masalah, yang
jadi masalah ialah buku,apartemen, dan sarapan, sampai kapan ia akan berkutat
dengan hal-hal itu?. Tangan kirinya memegang cup mie yang baru selesai
deseduhnya dan tangan kananya memasukan buku-buku kedalam tas, kakinya bergerak-gerak
kecil menyingkirkan pakaian kotor kepinggir-pinggir agar tidak menghalangi
jalan. “seharusnya ia memberi tahu kemarin jika ujian akan dipercepat, dasar
professor tak berperasa-AAHHH panas! Panas!” tanganya melakukan gerakan mengipas
disekitar mulutnya saat helaian mie yang masih meengepul sukses membakar
lidahnya “aahhhh mamaaaa tolonglah anakmu ini!!!” dan teriakan itu menjadi
pertanda bahwa ia sudah terlalu frustasi sekarang.
“ah, sorry uncle I dont mean, I’m in husty
now and-YA TUHAN ASTAGFIRULLAH!!!" Citra memukul keningnya frustasi
saat waktu semakin berjalan memberikan kesempatan semakin banyak untuk
terlambat, poor Citra. Kembali ia
berlari setelah sebelumnya membungkuk meminta maaf pada sang paman saat ia tak
sengaja menabrak dan membuat bukunya terjatuh, ia berlari sambil sesekali
memperhatikan arloji hijau dipergelangan tanganya yang menunjukan pukul 09.20,
itu artinya ia sudah terlambat dua puluh menit. Ia tak bisa membayangkan
detensi seperti apa yang akan ia dapat dari sang professor killer itu, ia tak mau mengulangi detensi yang sama seperti
beberapa bulan yang lalu hanya karena ia salah membawa diklat observasinya
dengan menyalin sebuah ensiklopedi setebal 500 halaman yang membuatnya harus
merendam jari-jarinya seharian didalam air hangat, mengerikan, ia tak mau
melakukanya lagi!
Suara ketukan sepatu menggema diseluruh koridor, Citra sama
sekali tak memperdulikan tatapan aneh orang-orang yang ditujukan kepadanya. Hey,
ayolah! Siapa yang tak akan memandang aneh pada seseorang yang berlari seperti
dikejar anjing killer seperti Citra,
bahkan pakaianya seperti habis diguyur hujan, berlebihan memang, tapi
percayalah, blouse putih berlapis mantelnya kini tampak basah oleh keringat.
Brakk
Pintu
kelas terbuka kasar, membuat semua orang menoleh keasal suara dan hening. “apologize me, sir, I dont mean to get a
late in your exam, I wont get trouble with you today but something bad happened
me and then- then....“ seketika setelah ia bisa menetralkan napasnya, Citra
menghentikan ucapan tanpa jedanya, ia baru menyadari situasinya saat ini,
dimana semua orang memandang aneh padanya tanpa berkedip, bahkan bola basket
yang masih tepantulpun diabaikan pemiliknya. “h-hey, Citra! What’s goin’ on?” Nicky, satu-satunya orang yang
tersadar dan menyapanya, gadis berambut pirang itu tersenyum canggung pada
Citra yang masih mematung ditempatnya, “what
the hell?” dengan langkah pelan Citra memasuki ruang kelasnya, orb-kelamnya menyisir seluruh sudut
kelas dan mendapati wajah-wajah bingung menatapnya, ia juga baru menyadari
bahwa classmates-nya tak ada satupun
yang menggenggam kertas ujian, ia lalu beralih ke podium, tempat biasa
professor mengajar, kosong.
“ppfffttt- hahahaha why
so seriouse girl? Look at your face, it look like so funny!” Briant, salah
satu classmate-nya tertawa keras,
memecahkan suasana hening yang beberapa saat menyelubungi, diikuti tawa
mahasiswa lainya. “guys! Can you explain
me about something? Where’s Prof. Walt?” kerutan masih menghiasi gadis
berhijab itu, ia memandang seluruh teman-temanya yang semakin terpingkal
setelah ia mengucapkan kalimat terakhirnya,
“what is funny?” Citra semakin jengkel melihat teman-temanya yang tak
satupun menjawab kebingunganya, “oh
honey, did you not accept the notice? Tadi pagi Proff. Walt menghubungiku
dan mengabarkan bahwa ujian akan di undur sampai lima bulan kedepan, and you know? We have a free time for a
month” Samantha merangkul bahu Citra dan menjelaskan apa yang terjadi,
sesekali kekehan menghampiri bibinya. “WHAT?”
seketika itu juga raut shock menghampiri
wajah chubby-nya, “last morning I try to tell you, but you
didn’t give me a chance to explain it” suara ocehan Nicky terdengar samar
ditelinganya yang mulai berdengung, katakan ini adalah hari april mop maka ia akan tertawa sepuasnya,
menertawakan kebodohanya sendiri lebih tepatnya. Ia sangat menyesal karena
tidak sempat mendengarkan dengan jelas apa yang Prof. Walt katakan, ia terlalu
panik saat mendengar kata ‘ujian’ dan ‘hari ini’, tanpa mendengar apa yang
merangkai tiga kata tersebut.
“hey, Citra, are you
okay?” Nicky terlihat khawatir dengan keadaan Citra, tatapan mata kosong
dan wajahnya telihat mengkaku, Citra menolehkan kepalanya pelan menatap
Sam,Nicky juga Briant yang berdiri disekitarnya, sedetik kemudian- “ahahahaha it so stupidity, hahaha yeah I’m
okay, very okay, oh mama, I think I want to die today, aha ha ha” seluruh
mata menatap ngeri pada Citra yang saat ini tertawa keras, seperti tawa yang
dipaksakan, dan diakhiri dengan tawa canggung yang membuat Briant dan Sam
nyengir melihat tingkah ajaib temanya yang satu ini, “I think you need to go to the haelthy room, hehe” Alena, gadis
berambut hitam panjang keturunan thailand-jerman itu angkat bicara setelah
sebelumnya ikut nyengir bersama teman-temanya yang lain, membuat suasana hening
kembali menyelubungi sebelum ledakan tawa yang lebih keras kian menggema.
“ya ya tertawalah
sepuas yang kalian inginkan, think that
I’m a fool and you can laugh me till you all meet the death angel” Citra berbicara
sarkastik kemudian membanting tubuhnya kekursi, merutuki betapa menyebalkanya hari
ini, jadi untuk apa kekacauan yang terjadi tadi pagi sampai lidahnya terbakar
jika akhirnya ia menjadi seperti orang bodoh, tidak, mungkin ia memang bodoh. “haha, Citra aku tidak bermaksud
mentertawakanmu, but, but haha but, you
look so funny” pria berwajah oriental bernama Huang Sthephant
menghampirinya dan kembali tertawa terpingkal, “yeah, whateva Chinese man” Citra masih berujar sarkastik,
benar-benar merasa bodoh. “hey, this is
for ten time, I’m not Chinese man, I’m from hongkong” Stheph protes dan
seketika menghentikan tawanya, “I-dont-care!”
Citra menekan semua kata-kata sembari tersenyum manis namun sedetik
kemudian ia merubah ekspresinya kembali menjadi jengkel, “Citra, apologize us, we just getting a joke, okay?” Nicky dan
Alena menghampiri Citra dan membujuknya agar tidak marah, Citra menghela napas
kemudian menatap seluruh teman-temanya yang kini benar-benar berhenti tertawa
dan menatapnya dengan pandangan maaf,
“so, what should I do?” sebelah alisnya terangkat dan senyum tipis
mengembang diwajahnya, membuat semua temanya kembali bersorak.
Citra Septinurhanah, seorang mahasiswi satu-satunya dari
Indonesia yang berada difakultas Psikologi di EASB yang dikelilingi orang-orang
asing, namun mereka sangat menyenagkan dan merupakan teman yang baik, ia selalu
tak pernah bisa marah pada mereka.
Cahaya
matahari mengintip melalui kanopi-kanopi bangunan khas yang berjejer rapi di
sepanjang salah satu jalan bersejarah di Singapura, tepatnya dikota Novena, Belastier Road. Sesekali Citra
bersenandung kecil mengikuti alunan lagu yang dinyanyikan salah satu boyband
yang sedang booming diseluruh dunia,
Super Junior, melalui headset-nya, ia
menyukai beberapa lagu-lagunya, salah satunya yang berjudul Only You, lagu yang
bernada soft dan terkesan romantis.
Ia menghentikan langkahnya di halte bus Novena, berniat
menghabiskan liburanya dengan mengelilingi kota Singapura, jujur saja, meskipun
sudah hampir dua tahun ia tinggal disini, namun baru kali ini ia mendapat
kesempatan langka dimana ia mendapat jatah libur panjang, satu bulan, how great thing ever! Citra mengeratkan mantel cremnya, matahari
memang bersinar sangat terang, tapi tetap saja musim dingin masih mampu mengalahkan
kehangatan itu, hari ini ia berniat berkunjung ke ‘Indonesia Rasa’, sebuah
restoran dengan menu-menu Indonesia yang berada disamping gedung KBRI, betapa
rindunya ia dengan masakan kaya rempah khas Indonesia itu, senyumnya mengembang
kala bus yang ia tunggu telah tiba, dengan semangat ia melangkahkan kaki
berbalut jeans biru yang dipadu dengan boots
rendah berwarna crem itu memasuki bus, ia mengambil tempat disudut kanan dekat
jendela, senang sekali bisa melihat pemandangan yang tak pernah bisa ia lihat
di Indonesia. Citra membenarkan letak kedua headsetnya,
lalu mengambil kamera yang berada didalam tas kecil dan diarahkan kebeberapa
objek yang menjadi perhatianya.
Jepret
Sebuah gambar terambil, menampakan seorang anak laki-laki
berwajah oriental yang sedang memegangi topeng barongsai dibawah pohon sakura,
terlihat sangat manis, Citra tersenyum, ia jadi merindukan kedua adik
laki-lakinya, mereka tak kalah manis dengan anak yang barusan ia potret, Citra
terkekeh ringan dan kembali mencari objek-objek menarik lainya.
Kriinng
Deringan
lonceng yang terpasang apik diatas pintu restoran menandakan bahwa seorang
pengunjung telah masuk, beberapa pelayan menyambut ramah kedatangan Citra.
“selamat pagi, senang bisa melihatmu disini” seorang pelayan berbalut kemeja putih
polos pendek dengan kain hitam selutut yang menutupi bagaian depan penampilanya
menghampiri Citra yang telah duduk dikursi dekat jendela, “selamat pagi, senang
bisa melihatmu juga, Tya” keduanya terkekeh, pelayan bernama lengkap Destya
Maharani itu juga merupakan salah satu mahasiswa di Singapura, tepatnya di Singapore Insitute Academy, ia bekerja part time disini dan sudah sekitar
delapan bulan ia mengenal Citra dan menjadi salah satu teman dekatnya di negeri
ini, yeah, mungkin persamaan nasib, mereka sama-sama orang Indonesia yang
merantau di negeri berlambang singa ini, remember?
“sudah lama sekali kamu tidak berkunjung, jadi tidak ada
yang memuji resep baruku” canda Tya yang dihadiahi kekehan dari Citra, “semua
tugas dan ujian itu menahanku, kamu tahu? aku bahkan lupa kapan terakhir kali
aku tidur haha” tawa kembali menghampiri keduanya, sudah lama sekali tidak
berguyon dengan orang pribumi seperti ini, “o iya, pesan apa?” kekehan ringan
masih bertengger dibibir keduanya, Citra tampak berpikir “aku rindu bagaimana
rasanya nasi goreng, mungkin itu saja, dengan secangkir capuccino granul, tentu
saja” Tya mencatat khidmat pesanan Citra, “wait
for a moment”, Tya tersenyum dan berlalu pegi. Citra menghembuskan napasnya
, kemudian menggosok kedua tanganya, lumayan, menghangatkan badan yang terasa
membeku diudara pagi yang demi tuhan sangat dingin. Ia meraih tab dalam tasnya,
mencoba mengecek list perjalanan yang
ia beri judul ‘Round Singapore’ yang
semalam ia buat, rencananya setelah ini ia akan pergi ke Singapore Botanical Garden, tempat yang akan merileksasi pikiranya
dari kepenatan dengan memanjakan matanya memandang pahatan alam yang telah
tuhan ciptakan, pilihan tepat. Citra mengulum senyum, tak salah ia meminta
rekomendasi wisata pada Nicky, gadis blonde
itu memang seorang traveler ulung. “seems like someone get a jackpot here” Citra mengalihkan pandanganya dan mendapati
Tya telah siap dengan pesananya, ia tersenyum “nope” balasnya singkat, Tya menganggukan kepalanya lalu menatap
Citra jenaka, “super junior sedang berada di Singapura, lho” ujarnya dengan
nampan yang kini ia peluk didadanya, Citra mendengus, “percuma saja, satu
daratanpun aku tetap tidak akan bertemu dengan mereka” Citra berujar acuh dan
mulai memakan makananya, Tya berdecak kecil “tidak akan ada yang tau apa yang
akan terjadi satu detik kedepan, bagaimana jika tiba-tiba saja kau bertemu dengan
mereka, dengan Kyuhyun mungkin?” Citra tersenyum geli lalu melirik kebelakang
tubuh Tya, “sepertinya kau harus berhenti mengkhayal, coba tebak, siapa yang
datang?” dan beberapa detik setelah mengatakan itu sebuah suara dingin menyapa
telinga keduanya “Destya, kembali ketempatmu!” dan seketika itu pula gadis
berambut hitam itu memucat “i-iya, pak”, Citra berusaha menahan tawanya melihat
kepanikan Destya, “dasar ceroboh”
Setelah
lima belas menit perjalanan, Citra sampai ditujuan wisata pertama, Singapore Botanical Garden. Ia menghirup
udara sebanyak-banyaknya, “ah, segar sekali” dan iapun segera melangkahkan
kakinya menuju pintu masuk. Matanya memandang takjub taman seluah 52 hektar
ini, hamparan hijau yang terpampang membuat rasa nyaman perlahan hadir, dengan
semangat ia semakin menyusuri tempat ini, mulai dari Singapore National Orchid, dimana taman ini memiliki 60.000 jenis
anggrek dan salah satunya yang terbesar didunia. Tak melewatkan kesempatan ia
segera mengeluarkan kamera digitalnya dan menjepret berbagai jenis anggrek yang
memukau disana, tentu saja dengan dirinya berada diantara potretanya. Setelah
puas melihat anggrek-anggrek itu, Citra segera menggerakan kakinya menyusuri
bagian taman lain dari tempat ini, Swan
Lake, sebuah danau yang luar biasa indah dengan berbagai jenis angsa
berbulu cantik menghuni tempat itu. Sayangnya dia datang bukan diwaktu yang
tepat, ini musim dingin, otomatis air danau juga membeku, sedikit mendesah
kecewa, namun ia tetap menikmatinya, setidaknya angsa-angsa itu masih sangat
indah untuk dijadikan objek pandanganya. Tempat yang dibangun sekitar tahun
1860-an ini memiliki banyak bagian, selain dua tempat yang telah ia kunjungi,
masih banyak bagian-bagian lain yang harus ia kunjungi dan kagumi.
Jam dipergelangan tanganya menunjukan pukul 09.45 am, hampir
dua jam ia berkeliling di SBG namun tak merasa lelah sedikitpun, malah ia
kembali melanjutkan perjalanan menuju Kampong
Glam, matanya nyalang menjelejah setiap sudut kota yang ia lewati, sekarang
Citra tengah menumpang sebuah bus dua tingkat, ciri khas negara industri ini,
dan ia berada di tigkat kedua, tak menghiraukan udara pagi yang menapar
tubuhnya, tanganya tak henti menjepretkan blitz kameranya keberbagai arah.
Dan
disinilah ia berada, Kampong Glam,
sebuah tempat tradisional dimana mayorita muslim dan masyarakat melayu tinggal.
Banyak orang-orang Arab yang juga tinggal disini, meramaikan jalanan kota yang
sangat terawat ini dengan berbagai pernak-pernik khas mayarakat timur tengah.
Rencanaya ia akan berada dikawasan ini sampai Dzuhur, tentu saja tak ingin
melewatkan kesempatan untuk shalat di salah satu mesjid bersejarah di Singapura, Sultan Mosque, mesjid tertua di
Singapura dan merupakan bangunan yang di bangun oleh masyarakat Jawa pada abad
18, sampai saat ini mesjid itu masih berdiri kokoh dan terlihat sangat indah
juga terawat, dan merupakan ikon utama Kampong
Glam. Namun sebelum itu, ia ingin mengunjungi terlebih dahulu ikon belanja
kota ini, Bussorah street, sebuah
kawasan yang menjadi surga berbelanja bagi para wisatawan, Citra memasuki
sebuah toko buku dan mulai menjelajahi tempat tersebut, ia benar-benar takjub
dengan koleksi buku disini, sangat lengkap dan pastinya bernuansa islami, ia
sangat suka buku seperti itu.
Matanya fokus menatap buku-buku disana, sebelah tanganya
menggenggam buku berjudul ‘Takazaki
Ahmad, the Warior Moeslim of Japan’ dan tangan lainya menyusuri buku-buku
yang berjejer rapi dirak.
Krriinng
Brukk
Suara lonceng di atas pintu berbunyi, disusul sebuah debuman
cukup keras terdengar. Citra meringis saat tubuhnya tiba-tiba limbung saat
seseorang menabrak tubuhnya cukup keras. “ah, maaf aku tidak sengaja, maafkan
aku. Are you okay?” sebuah suara pria
menyapa indra pendengaranya, Citra mencoba melihat wajah seseorang yang
menabraknya namun dahinya mengernyit, orang itu mengenakan setelan serba hitam
dan wajahnya ditutupi masker hitam, jangan lupakan topi yang bertengger apik
diatas kepalanya. “hey, are you okay?”
kembali Citra tersentak dan menatap wajah orang itu, apa jangan-jangan ia
teroris? Batinya ngeri. “ye-yeah I’m
okay” balasnya setelah menghilangkan pikiran bodohnya, lalu terdengar
keributan dari beberapa orang gadis yang berteriak diluar sana “oh, shit! Hey, apa kau bisa menolongku?”
tanya orang misterius itu tiba-tiba, Citra menatapnya tak mengerti, “sorry?” ulangnya tak yakin, pria itu
berdecak kemudian menarik tangan Citra menjauh dari dekat pintu menuju ketempat
yang lumayan jauh dari sana “wa-wait, sir,
apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!” Citra memekik panik, takut jika orang ini
benar-benar teroris dan akan menjadikanya tawanan, hell no, ia tidak mau.
“jangan berteriak, aku tidak akan melakukan sesuatu yang
buruk terhadapmu” ucap orang itu setelah berhenti, Citra masih memandangnya tak
mengerti, pria itu menadahkan tanganya “boleh kupinjam syal mu?” tanyanya,
lagi-lagi otak encernya tak bisa bekerja dengan baik, orang itu berdecak “boleh
tidak?” dengan ragu Citra melepas syalnya dan memberikanya pada pria
dihadapanya yang langsung ia pakaikan menutupi bagian kepala “bediri didekatku
dan bersikap normal, baca apapun yang ada ditanganmu itu” perintah orang itu
tegas, meskipun tak mengerti untuk apa namun Citra hanya menganggukan kepalanya
dan menuruti apa yang orang itu katakan. Sebenarnya siapa pria aneh ini?
Sepertinya ia pernah melihat orang ini, tapi kapan? Beberapa menit kemudian
suara langkah kaki disusul dengan gumaman beberapa gadis muncul dibelakangnya,
“kemana perginya? Cepat sekali dia menghilang” gerutu gadis-gadis itu kemudian
berlalu pergi. Terdengar helaan napas dari pria disampingnya, “akhirnya”
desahnya lega, Citra masih mematung didepanya, kemudian pelan-pelan ia mencoba
menatap pria itu, sedikit meringis saat akan bertanya padanya. “kau kenapa?”
tanya pria itu, Citra menggeleng pelan,
“sorry, can I take it back?” tanyanya pelan menunjuk syal yang digenggam
pria itu, “oh, yeah. Maaf” pria itu menyerahkan syalnya, “kalau begitu, aku
pegi duluan” pamit Citra hendak meninggalkan tempat itu, “wait, boleh aku ...ikut denganmu?” pria itu bertanya ragu, Citra
menaikan sebelah alisnya, “sorry?”,
pria itu berdehem, “well, aku
pendatang disini, aku tak tau banyak mengenai tempat-tempat disini, jadi,
maukah kau memanduku?” jelas pria itu, Citra sedikit ragu namun entah apa yang
membuatnya setuju dengan pria itu, “sure”
Hampir
satu jam Citra ditemani pria asing itu, sampai saat ini, tak ada yang
mencurigakan darinya, ia tampak seperti orang baik, namun memang penampilanya
saja yang bisa membuat orang salah paham, Citra tahu ini musim dingin, namun
apa harus berpenampilan serba hitam seperti pria disampingnya? “you are muslim?” pria itu memecah
keheningan diantara mereka, saat ini mereka sedang menyusuri kawasan Bussorah Street. Citra tersenyum kecil,
namun matanya tak henti menatap hasil jepretanya, “you can see my hijab” tandasnya, pria itu mengangguk paham,
“terkadang aku sangat kagum dengan peradaban muslim, mereka sangat hebat”
komentar pria itu, Citra kembali menyunggingkan senyumnya, kali ini menatap
pria disampingnya “thak you, nice to hear
that” dan merekapun kembali berjalan menyusuri stan-stan yang menjajakan
benda-benda khas disana.
“setelah ini, kita akan pergi kemana?” pria itu menatap
Citra yang tengah mengambil beberapa gambar dari bangunan megah dihadapanya,
senyum sumringah tak pernah lepas saat ia menginjakan kakinya dibangunan suci
umat muslim ini “kau sangat mengaguminya, ya?” cibir pria asing itu saat merasa
dirinya diabaikan, “tentu saja, kau tau? Mesjid ini dibangun oleh orang-orang
bangsaku, masyarakat Jawa yang dahulu tinggal dikawasan ini” jelas Citra
antusias. Pria itu menggaruk alisnya yang tak gatal, “baiklah, sekarang kita
akan kemana?” pria itu mengulagi pertanyaanya, ia baru saja menemani Citra
shalat dzuhur di Sultan Mosque, tentu
dia tidak, pria ini seorang khatolik. “aku pikir aku lapar, bagaimana kalau
kita ke Bhugis street? Aku dengar
makanan disana sangat enak juga merupakan tempat belanja termurah disingapura”,
Citra tersenyum riang kearah pria itu dan dibalas anggukan.
“bagamana rasanya?” tanya Citra antusias saat mereka tengah
mencicipi makanan khas masyarakat arab yang berada di Bhugis Street, kebab. Pria itu tampak mengunyah makananya dengan
hati-hati, kemudian menganggukan kepalanya pelan, “enak, agak sedikit beda
dengan kebab yang berasal dari negaraku” komentarnya, Citra nyengir “tapi
kurasa ini lebih enak” candanya kemudian tertawa. “ayo, kita coba makanan khas
disini” Citra beranjak menuju kedai makanan lainya, diikuti pria dibelakangnya,
“wah, penuh sekali” desah kecewa keluar dari bibir pria itu, “tak akan lama”
ujar Citra menenangkan, tanganya mengambil ponsel dari saku mantelnya dan
memainkanya, mengirim pesan pada Nicky untuk memberi rekomendasi makanan apa
yang pas untuk udara dingin seperti ini. “kau menyukai super junior?” tanya
pria dibelakangnya tiba-tiba, ia baru menyadari jika pria itu sedang mengintip
ponselnya dengan wallpaper Kyuhyun, sejenak ia berpikir lalu mengangguk , “ya,
aku menyukai mereka, lagu-lagunya enak didengar, dan mereka juga memiliki
anggota yang menarik hehe” sedikit malu ia mengutarakan alasan terakhirnya,
pria itu terkekeh ringan, “siapa anggota yang kau sukai?” tanya pria itu
penasaran, “Kyuhyun, aku menyukainya” ujarnya tampak ragu, lagi-lagi pria itu
hanya menganggukan kepalanya, “kenapa kau menyukainya?” Kembali ia bertanya, namun kali ini Citra
memutar bola matanya, “kenapa kau tertarik dengan hal itu? Apa kau juga
menyukai mereka?” tanya gadis itu sedikit jengah, pria itu kembali berdecak,
“ya, aku juga menyukai mereka, terutama Kyuhyun, dia pria menarik, selain
tampan dan memiliki suara sangat indah, dia juga merupakan member terpintar
disuper junior” jelas pria itu panjang lebar, tak menyadari ekspresi yang mulai
nampak diwajah Citra, ia sedikit menggeser posisinya menjauhi pria itu,
jangan-jangan ia termasuk sosok yang selalu dipuja salah satu temanya di
Indonesia yang sekarang mengambil pendidikan di Istanbul yang menamakan dirinya
fujoshi yang merupakan penggemar yaoi?. “kenapa?” tanya pria itu menyadari
jaraknya semakin jauh, “kau, apa kau seorang yaoi?” ia bertanya menirukan istilah yang sering Yayang, temanya
itu ungkapkan. Pria itu mengernyit, “apa? Tentu saja bukan!” kilahnya cepat,
tak terima dituduh seperti itu, Citra kembali menormalkan ekspresinya,
“bagaimana kau bisa berpikir begitu?” tanya pria itu dengan nada protes, “ck,
mana ada seorang pria yang memuji pria lainya layaknya seorang fangirl
seperti itu selain ia adalah abnormal”
Citra berujar seolah tanpa beban, tak menyadari kedua mata pria itu membulat “bakka!”, cemooh pria itu, “apa kau
bilang?”, “tidak ada, ayo, sepertinya kita tak akan mendapat tempat disini”
pria itu berlalu dari hadapan Citra membuatnya berdecih kecil, “aneh”
gerutunya.
Akhirnya karena tak mendapat apa
yang mereka cari, merekapun melanjutkan perjalanan menuju Chinatown, sebuah kawasan diselatan Singapura yang merupakan
kawasan pecinaan dinegri ini. Untuk mencapai tempat itu mereka bisa menggunakan
dua alternatif, mengendarai Bus atau menggunakan jasa MRT, namun karena hari
mulai merangkak sore maka mereka memutuskan menaiki MRT saja agar lebih cepat,
lagi pula jarak dari tempat mereka berjalan menuju stasiun North-East Line (SN4) tidak terlalu jauh, cukup ditempuh sepuluh
menit berjalan kaki.
Dan disinilah mereka sekarang, berada ditengah-tengah lautan
manusia yang didominasi wajah-wajah oriental. Layaknya berada di China,
rumah-rumah tradisional khas China berjejer rapi disepanjang jalan yang hanya
selebar kurang lebih 2,5 m ini, jangan lupakan aksen utama etnik Chinese, lampion yang sangat indah
menghiasi setiap sudut kota kecil ini. “welcome
to Chinese paradise” Citra mengepalkan tanganya didepan dada, tampak sangat
antusias berada dikawasan ini, “ck, sama saja seperti Cina, tidak ada yang
istimewa” cibir pria itu, Citra mendengus “aku tidak bicara denganmu tuan sok
tahu segalanya” ejek Citra, matanya kembali menjelajah tempat ini, lalu iapun
berlari kecil menuju sebuah stan yang menjajakan permen kapas, ah betapa
rindunya dia dengan makanan manis ini “baba,
I want the pinkish one” ujarnya menunjuk sebungkus permen kapas berwarna
merah muda, pria paru baya dengan kaus oblong dan bermata sipit itu tersenyum
dan menyerahkan pesanan Citra, “yeah, how
money, baba?” tanyanya sambil mengambil dompet dalam tasnya, “just $1, she luo (nona), xie xie”, Citra menyerahkan uangnya “xie xie ni ma(terima kasih kembali)”,
sedikit ia mencicipi rasanya, “woah, manis sekali” komentarnya saat merasakan
partikel-partikel gula itu meleleh dilidahnya, “you look like a child”, Citra menolehkan kepalanya kebelakang dan
mendapati pria asing yang sejak beberapa jam lalu selalu mengekor berada
dibelakangnya, “you wanna try this one?”
pria itu menggeleng, “no, aku tidak
terlalu suka makanan manis” Citra mengendikan bahunya, “ya sudah”
Permen kapas sudah habis, sedari tadi mereka berkeliling
melihat-lihat pernak pernik unik khas Cina mulai dari kaus, sampai kipas
tradisional dengan ukiran indah. “aku lapar” keluh pria itu, Citra melihat
arlojinya, “benar, ini sudah pukul 8, tapi sebelum itu, aku ingin sholat isya terlebih
dahulu, ku dengar di kawasan ini ada sebuah mesjid Cina, Jamie Mosque, ayo kesana” dan tanpa pembicaraan lebih lanjut
merekapun berlalu.
“hey,
kau tidak memesan?” pria itu bertanya pada Citra yang sedari tadi hanya
mengotak-atik ponselnya, saat ini mereka tengah berada di Chinese BarBeQ. Citra menggeleng, “no, I’m moeslim, remember?” ungkapnya, pria itu mengernyit, ia
masih belum mengerti aturan umat muslim seperti apa. “lalu apa masalahnya ? Aku
pernah mendengar tentang puasa, apa kau sedang puasa?” kembali ia bertanya,
namun dengan nada sedikit polos membuat Citra tertawa kecil, “puasa itu
dijalankan pada siang hari, yang kau pesan itu adalah Forst (daging babi), agamaku melarang untuk memakanya” jelasnya
sabar, memang susah jika berbincang dengan seorang non muslim. Pria itu sedikit
mengangguk, mulai mengerti meskipun hanya sedikit, “so, did you isn’t hungry? We’re around this town since morning, dan
kau belum makan satupun makanan berat kecuali kebab” ia menunjuk Citra dengan
sumpit yang ia mainkan, “mungkin nanti di apartement”, pria itu tampak terdiam
sebentar “ya sudah, ayo pergi” Citra mengernyit bingung, “bukankah kau lapar?
Aku tidak apa-apa” protersnya tidak enak, tentu saja, ia berpikir telah
menganggu acara makan orang lain. Pria itu menggeleng, “tak apa, ayo, lagi pula
ini sudah terlalu larut, aku harus menjaga bentuk tubuhku” candanya dan
menimbulkan tawa kecil antara keduanya.
jam yang semakin larut malah membuat tempat
ini semakin ramai, lampion menerangi sepanjang jalan tempat ini, ya, ini
merupakan tempat para Chinese tinggal, dan kebetulan sekarang sedang diadakan
pesta lampion, pekatnya malam begitu indah saat lampion-lampion itu
diterbangkan diudara, semua orang menatap kagum benda-benda itu. “indah sekali”
komentar Citra takjub, “ya, mereka memang indah” timpal pria disampingnya, dan
sorakan riuh mengakhiri pesta itu saat puluhan kembang api menghiasi langit
malam.
Suara ketukan sepatu dan deru
mesin kedaraan beradu, Citra dan pria asing itu berjalan berdampingan
ditrotoar, mereka tengah berjalan di Aleolice
Street, perjalanan hari ini telah berakhir dan Citra memutuskan untuk
pulang ke apartementnya, namun sebelum itu, pria asing itu memintanya untuk
menungguinya sampai jemputanya datang. Citra menyesap kopi yang berada
ditangnya, berharap kopi bisa menghilanglkan udara dingin yang semakin menusuk,
“kau tinggal dimana?” tanya pria itu tiba-tiba, sedikit kaget memang namun ia
bisa mengatasinya “kenapa bertanya hal itu? Kau orang asing, bahkan aku tidak
tau namamu” benar, ia baru menyadari bahwa lebih dari 12 jam mereka berjalan
berdampingan namun tak satupun dari mereka yang memperkenalkan diri, lucu
sekali. Terdengar kekehan kecil dari pria disampingnya, “kau benar, haha, jadi,
siapa namamu? Tenang saja, aku tidak
akan mengirimkan bom ke apartementmu” bukanya menyebutkan nama, pria itu malah
bertanya balik, Citra berdecak “kenapa aku harus percaya padamu? Sejak kita
bertemu kau tidak pernah melepaskan atribut anehmu itu, kau tau? Aku malu saat
semua orang memperhatikan kita” protes Citra, ia kembali meminum kopinya, “kau
bisa mempertaruhkan reputasiku jika tidak percaya” ujarnya ngaco, “konyol”
komentar Citra pedas.
pria itu kembali berdecak, “apa susahnya kau menyebutkanya?”
ish, pemaksa, lama-lama kesal juga dengan orang asing ini, “aku Citra dan aku
tinggal di sebuah apartement di kawasan Novena blok 12 lantai 15 no 1023,
puas?” pria itu terkekeh melihat ekspresi jengkel Citra, benar-benar langka
bisa bertemu dengan gadis seperti ini, Citra mendengus dan mempercepat
langkahnya, “biar kutebak, ini pertama kali kau berkeliling di Singapura, isn’t it? “ Citra sedikit tersedak
mendengar penuturan itu, dengan canggung ia menganggukan kepalanya, “ye-yeah,
bisa dibilang begitu” dan suara tawapun terdengar membuatnya semakin jengkel,
kenapa semua orang senag sekali mentertawakanya? Menyebalkan! “yah, tertawalah
sepuasmu” rengutnya sebal, pria itu menghentikan tawanya meskipun gagal, “baiklah
aku minta maaf, kau tinggal sendiri disini?” Citra mengangguk, “ya, keluargaku
di Indonesia, aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah disini” jelasnya, pria itu
mengangguk lalu meletakan tanganya diatas kepala Citra membuatnya sedikit
kaget, “hebat”
kembali keheningan merayapi udara yang semakin dingin,
“super junior akan mengadakan konser di kota ini, kau menonton?” Citra terkekeh
kecil, “aku tidak cukup gila untuk menghamburkan uangku demi sebuah konser”
ujarnya, sesekali menyentuhkan jari-jarinya untuk mengusap hidung yang memerah
akibat udara dingin. “bukankah kau menyukai mereka?” pria itu menatap Citra
dari samping, “memangnya kalau suka harus selalu mengikuti tren, ya? Suka ya
suka, tapi tidak harus sampai mengorbankan apapun agar bisa meraih hal itu apa
bila tidak terlalu penting, itu obsesi namanya, cukup mengagumi mereka apa
adanya” pria itu tersenyum kecil dibalik maskernya, “senang bisa memiliki fans
sepertimu” Citra menghentikan langkahnya lalu menoleh cepat kearah pria itu, “sorry?”, selalu kata itu yang keluar
saat ia merasa kaget. Pria itu menatap Citra “apa?” belum sempat menjawab,
sebuah limousin hitam terparkir di
sampig mereka, menampilkan seorang pria tinggi berjas hitam menatap mereka,
lebih tepatnya menatap-“Kyuhyun! Dari mana saja? Cepat masuk!” titah orang itu,
Citra masih bergeming ditempatnya, menampakan ekspresi melongo saat sebuah nama
yang selama ini hanya ia dengar di TV terdengar, mencerna kata-kata apa yang
baru saja orang itu katakan. Sebuah tangan mengibas dihadapanya membuatnya
mengalihkan perhatian pada orang itu.
Pria asing itu tak lagi bermasker, ia... bisa melihat jelas
wajahnya, “sekali lagi senang bisa bertemu dengan fans yang tidak peka terhadap
idolanya sepertimu” senyuman manis khas magnae super junior itu terpampang
dihadapanya, membuatnya berpikir jika saat ini ia bermimpi, “ka- kau, k kyu
–kyuhyun?” sungguh, semua kata-katanya tertelan entah kemana, Kyuhyun terkekeh
dan mengangguk “terimakasih sudah menjadi tourguide-ku
hari ini” sekali lagi Kyuhyun mengusak kepala Citra dan masuk kedalam limousin kemudian berlalu pergi.
Citra masih mematung ditempatnya, for whatever sake, ia benar-benar tidak percaya bahwa seharian ini
ia telah menghabiskan waktu dengan seseorang yang tak pernah ia pikirkan akan
bertemu langsung seperti ini, Cho Kyuhyun, pantas saja dia dikejar para gadis,
pantas saja ia tak pernah melepas atributnya, pantas saja ia memuji magnae super junior itu. Ia masih belum
bisa mempercayainya, mimpi apa ia semalam? Citra kembali berjalan menuju
apartemenya, tapi pikiranya masih saja dipenuhi kejadian-kejadian diluar
akalnya, mungkin Destya benar, kita tak akan tahu apa yang akan terjadi satu
detik kedepan, seperti apa yang hari ini ia alami. Hatinya bersorak,
kebahagiaan yang tak terdefinisi menyelubungi hatinya, sekarang, udara dingin
sudah tak terasa dingin hanya karena kejadian hari ini, tunggu- bukan hanya,
tapi ini benar-benar hebat!! Setelah hari ini ia akan ke apartement Destya
untuk menceritakan apa yang ia alami, dan tentu saja sebelum itu, ia akan
memberi tahu teman lamanya yang maniak Kpop terutama super junior, Yayang, ia
pasti akan sangat iri dan aku jamin, ia akan menangis mendengarnya, haha, aku
tidak bermaksud jahat, hanya senang menggodanya.
Dan hari berikutnya, saat aku sedang membereskan apartement
tiba-tiba belku berbunyi dan menampakan seorang pengirim barang membawa sebuah
amplop kecil untuku, aku tak sempat bertanya tentang siapa pengirimnya, dan kau
tau? Itu adalah dua lembar tiket konser SuperShow dan sebuah memo berisi ‘ini bayaran karena kau sudah menjadi
tourguide-ku, semoga kita bisa bertemu lagi di konser kami nanti dan teruslah
belajar dengan rajin. Handsome Magnae Kyuhyun-^^-’ tak henti-hentinya aku
bersorak gembira, sungguh, ini adalah liburan terhebat dalam hidupku. Kuarasa
aku akan mengabadikan moment ini lewat jurnalku, haha.
created by : Yayang Ai Siti N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar